Kamis, 16 Mei 2013

contoh pemberian bimbingan



PEMBERIAN BIMBINGAN TERHADAP
SISWA YANG MEMBOLOS DI SD N 05 LONING

LAPORAN
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
“KESEHATAN MENTAL”
Dosen pengampu : Lukman Nur Hakim, M.Pd

Picture 1

Oleh:
Nama              : Deni Purwati
NIM                : 1111500088
Kelas               : III D

BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Manusia adalah  kompleks. Dapat dilihat mereka mencari kepuasan dan kebutuhan,hal itu menyebabkan masyarakat menderita mental kesehatannya. Maka perlu pencegahan sebelum diobati dan memelihara sehatnya mental.
Manusia membutuhkan bantuan orang lain, yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Dimana manusia makhluk sosial yang slalu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan sekitar. Manusia selalu mencari mencari keseimbangan dan ketenangan jiwa lahir dan batinnya.
Agar pengembangan individu terus meningkat yaitu tentang pengetahuan dan kesadaran anak mengenai membolos yang merugikan individu itu sendiri. Sehingga dapat diharapkan meningkatnya belajar mereka dalam menjaga konsistensi tetap terpelihara.







B.Rumusan Masalah
1)      Apa definisi membolos  kaitannya dengan kesehatan mental ?
2)      Bagaimana Reaksi anak membolos?  
C. Tujuan Penulisan
1)      Untuk mengetahui maksud dari membolos kaitan kesehatan mental?
2)      Untuk memahami reaksi anak membolos?

















BAB II
LANDASAN TEORI

A.Definisi
1.Definisi kesehatan mental
Mental hygiene merujuk pada pengembangan dan aplikasi seperangkat prinsip-prinsip praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan unsur psikologis dan Pencegahan dari kemungkinan timbulanya kerusakan mental atau malajudjusment. Kesehatan mental terkait dengan (1) bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari; (2) bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain; dan (3) bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan.
Dalam definisi WHO disebutkan semata-mata absensinya dari penyakit atau lemah. Kestabilan/ keseimbangan masing-masing individu berbeda , karena diperoleh dari pengalaman- pengalaman yang berbeda. Untuk merealisasikan ketentraman dan kepribadian yang integral. Perlu mempelajari kesehatan mental, karena ilmu ini merupakan penerapan psikologi.
Jadi, kesehatan mental ialah ilmu tentang, metode, teknik dalam pemeliharaan kesehatan mental.

2.definisi membolos
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan ketidak hadiran tanpa alasan yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan / dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat serius. Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam keluarga itu sendiri.
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat, atau membolos juga dapat dikatakan sebagai ketidakhadiran siswa tanpa adanya suatu alasan yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan atau dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat serius.
Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi sangat penting dalam pemecahan masalah siswa tersebut.

B.Sejarah Kesehatan mental
Ada bukti dibatasi oleh untuk menilai keberadaan atau sifat gangguan mental sebelum catatan tertulis. psikologi evolusi menunjukkan bahwa beberapa disposisi genetik yang mendasari, mekanisme psikologis dan tuntutan sosial yang hadir, meskipun beberapa gangguan mungkin telah berkembang dari suatu ketidaksesuaian antara lingkungan leluhur dan kondisi modern.Beberapa kelainan perilaku istimewa telah ditemukan pada kera besar non-manusia.



Catatan Limited dalam dokumen Mesir kuno yang dikenal sebagai papirus Ebers muncul untuk menggambarkan kondisi gangguan konsentrasi dan perhatian, dan gangguan emosi di hati atau pikiran. Beberapa ini telah ditafsirkan sebagai menunjukkan apa yang kemudian akan disebut histeria dan melankolis. perawatan somatik biasanya termasuk menerapkan cairan tubuh saat membaca mantra magis. Halusinogen mungkin telah digunakan sebagai bagian dari ritual penyembuhan. candi agama mungkin telah digunakan sebagai terapi retret, mungkin untuk induksi negara reseptif untuk memudahkan tidur dan menafsirkan mimpi.
Bangsa kuno Israel dibentuk oleh orang-orang dengan asal di Mesopotamia dan Mesir. Konsep Allah yang tunggal, secara bertahap diartikulasikan dalam Yudaisme, menyebabkan pandangan bahwa gangguan mental bukan masalah seperti yang lain, yang disebabkan oleh salah satu dewa, tetapi lebih disebabkan oleh masalah dalam hubungan antara individu dan Tuhan. Ayat-ayat dari Alkitab Ibrani / Perjanjian Lama telah ditafsirkan sebagai gangguan menggambarkan suasana di tokoh-tokoh seperti Ayub, Raja Saul dan dalam Mazmur Daud.
Periode Modern
Beberapa orang mental terganggu mungkin telah menjadi korban dari penyihir-perburuan yang tersebar di gelombang di Eropa modern awal  Namun,. Yang dinilai gila semakin mengakui lokal, poorhouses workhouses dan penjara-penjara (khususnya “orang miskin gila”) atau kadang-kadang ke madhouses swasta baru Pengekangan dan kurungan paksa digunakan untuk mereka yang diduga berbahaya terganggu atau berpotensi kekerasan terhadap diri mereka sendiri, orang lain atau properti.  Yang terakhir ini mungkin tumbuh dari pengaturan penginapan bagi individu tunggal (yang, dalam workhouses, dianggap mengganggu atau tidak bisa diatur), maka ada beberapa catering yang masing-masing hanya segelintir orang, maka mereka secara bertahap diperluas (misalnya 16 di London pada tahun 1774, dan 40 oleh 1819).
Pada akhir abad ke-17 dan ke Pencerahan, kegilaan semakin dilihat sebagai fenomena fisik organik, tidak lagi melibatkan jiwa atau tanggung jawab moral. Sakit mental yang biasanya dipandang sebagai binatang liar tidak sensitif. Harsh pengobatan dan menahan diri dalam rantai dilihat sebagai terapi, membantu menekan nafsu hewan. Ada kadang-kadang fokus pada manajemen lingkungan madhouses, dari diet untuk latihan rezim terhadap jumlah pengunjung. perlakuan berat somatik digunakan, mirip dengan yang di abad pertengahan pemilik rumah gila kadang-kadang membanggakan kemampuan mereka dengan cambuk. Perawatan di rumah sakit jiwa beberapa masyarakat juga barbar, sering sekunder ke penjara. Yang paling terkenal adalah Bedlam di mana pada satu penonton waktu bisa membayar satu sen untuk menonton para tahanan sebagai bentuk hiburan.
Dengan meningkatnya madhouses dan profesionalisasi dan spesialisasi kedokteran, ada insentif yang cukup besar untuk petugas medis untuk terlibat. Pada abad ke-18, mereka mulai saham klaim monopoli atas madhouses dan perawatan.Madhouses bisa menjadi bisnis yang menguntungkan, dan banyak meraup keuntungan besar dari mereka. Ada beberapa mantan pasien reformis borjuis yang menentang rezim sering brutual, menyalahkan baik pemilik rumah gila dan tenaga medis, yang pada gilirannya menolak reformasi.





Menjelang akhir abad ke-18, sebuah gerakan moral dikembangkan pengobatan, yang menerapkan pendekatan yang lebih manusiawi, psikososial dan personal. tokoh terkemuka termasuk Vincenzo Chiarugi medis di Italia di bawah kepemimpinan Pencerahan; inspektur Pussin mantan-pasien dan petugas medis psikologis cenderung Phillipe Pinel di Perancis revolusioner, kaum Quaker di Inggris, yang dipimpin oleh pengusaha William Tuke, dan kemudian, di Amerika Serikat, kampanye Dorothea Dix.
 dan dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah  kesehatan mental adalah (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1.Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2.Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3.Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4.Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.\
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.



C.Ruang Lingkup
Membolos sekolah mungkin ini merupakan salahsatu budaya dalam pendidikan di bumi pertiwi ini.Sering kali kita mendapati anak - anak sekolah yang masi berseragam berkeliaran di luar sekolah pada jam sekolah.
            Kalau jaman dahulu mungkin hanya sebatas anak laki - laki saja yang melakukan atau melestarikan kebudayaan ini namun akhir - akhir ini tidak jarang kita temukan anak sekolah perempuan yang membolos di jam sekolah,sendiri dengan sesama teman perempuan ataupun dengan teman laki – laki.
            Lalu bagaimana dengan peraturan sekolahnya? apakah sekolah tidak melakukan tindakan dengan kejadian semacam ini?mungkin ada beberapa sekolahan yang menganggap hal ini adalah hal yang biasa dengan tidak memberikan sangsi terhadap anak yang membolos.namun sesungguhnya di setiap sekolahan pasti ada peraturan yang mengatur tentang sangsi bagi anak yang membolos.Tetapi peraturan ini terkadang tidak ditegakkan entah karena gurunya tidak tau atau memang karena guru tersebut sudah bosan menghukum anak yang bersangkutan.
 Hukuman bagi siswa yang membolos terkadang bisa menjadi pisau bermata dua yang terkadang juga bisa merepotkan guru, bagaimana tidak ? seperti yang anda ketahui belakangan ini banyak berita mengenai kekerasan guru terhadap muridnya.Menurut saya itu adalah suatuhal yang wajar karena seorang guru tentunya juga mempunyai harga diri jika peraturan yang dibuatnya dilanggar berulang ulang kali, sang guru pasti akan merasa tidak dihargai sebagai guru tentunya.
Lalu apa sebenarnya tujuan para murid membolos ? inilah mungkin yang menjadi kunci permasalahnya, rata-rata murid membolos dikarenakan hal - hal sebagai berikut :

1. Bosan dengan kegiatan sekolah
Kegiatan sekolah yang itu - itu saja terasa membosankan bagi para siswa yaitu datang,duduk,diam,mendengarkan, lalu pulang. Hal ini dilakukan setiap hari tentu akan menjadi suatu hal yang sangat membosankan.
2. Tertarik dengan kegiatan diluar sekolah
Jiwa muda para pelajar sering menjadi alasan kenakalan remaja salah satunya membolos.ketika seorang pelajar mengetahui ada kegiatan menarik diluar sekolah tentu siswa tersebut akan berusaha untuk bisa mengikuti kegiatan tersebut dan sayangnya kegiatan diluar sekolah tersebut bukan hanya kegiatan yang bersifat positiv.
3. Ajakan teman
Ajakan teman terkadang terdengar seperti tantangan atau mungkin ejekan yang membuat seorang siswa tidak mampu menahan godaan adrenalin.
4. Takut / malas melihat wajah guru
 Alasan yang satu ini merupakan alasan yang paling populer dikalangan pelajar.Dengan alasan takut atau malas mengikuti pelajaran salah seorang guru membolos merupakan pilihan yang menggiurkan, entah karena tidak mengerjakan PR atau alasan yang lain sebagainya.
5. Malas
 Alasan ini merupakan gabunang dari alasan ke 4 dan ke 1 .



6. Kesiangan
 Ketika seseorang pelajar terlambat datang kesekolah dia akan berfikir antara dihukum karena terlambat atau dihukum karena membolos? andaikan anda seorang pelajar anda akan berfikir sama - sama dihukum tapi mending dihukum karena membolos karena sudah merasakan enjoynya membolos.
7.Cari uang
 Ini mungkin alasan yang ada hanya di negara miskin seperti indonesia ini.alasan yang satu ini sebenarnya tidak layak untuk di cantumkan karena layaknya seorang pelajar seharusnya berfikir tentang pelajaran bukan mencari uang, tapi apa boleh di kata biginilah kondisinya.
 alasan alasan diatas biasanya adalah alasan yang menjadi dasar pemikiran seorang siswa untuk membolos jadi ada baik nya seorang guru melakukan penelitian terhadap siswa-siswanya yang membolos kemudian menetapkan metode paling baik untuk mengatasi budaya membolos ini.

D.Norma mental sehat dan sakit
Norma mental sehat dan sakitnya dapat terdeteksi dari sikap, dan tingkah laku. Sehatnya individu terlihat jika memenuhi norma agama dan masyarakat dan sakitnya individu dapat terlihat dari penyimpangan atau kerusakan baik diri sendri atau lingkungannya. Menyangkut anak membolos termasuk dalam norma mental yang sakit karena didalamnya membahas tentang sakitnya pada reaksi emosional pada observi.



E.Macam- macam pertahanan Diri
Mekanisme pertahanan ada yang bersifat positif ada pula yang bersifat negatif,  Antara lain:
1.Sublimasi
Sublimasi atau sublimation dari kata sublimate artinya memperhalus atau memperindah. Dalam mekanisme pertahanan berarti menyalurkan dan memperhalus dorongan-dorongan yang bersifat egoistis, nafsu-nafsu animal dan dorongan-dorongan yang kurang sehat. Sehingga dapat diterima oleh masyarakat secara baik sebab bermanfaat dan tidak bersifat mengganggu.
2.Rasionalisasi
Rasionalisation atau rasionalisasi dari kata rasio atau akal, masuk akal. Rasionalisasi adalah mengisi kekurangan dengan menutup kesalahan/rintangan. Hal yang tidak masuk akal dengan alasan-alasan diubah menjadi masuk akal agar dapat memuaskan harga dirinya, serta diakui oleh masyarakat.
3.Proyeksi
Projection atau proyeksi, suatu usaha untuk memproyeksikan atau melemparkan kekurangan diri sendiri kepada orang lain. Jadi kesalahan atau kekurangan sendiri dipantulkan pada pihak lain.

4.Regresi
Regression atau regresi artinya kembali ketingkat sebelumnya(mundur). Regresi adalah suatu usaha untuk menghilangkan kesusahan, kesukaran atau kekecewaan dengan jalan kembali ketingkat perkembangan sebelumnya, sebab pada masa perkembangan yang dialami itu mendapat kesukaran ia menangis, akhirnya segera diperhatikan dan dilayani oleh orang tuanya dan ia mendapat kepuasan.



BAB III
PERMASALAHAN

Subyek dari hasil pengamatan adalah anak membolos. Subyek sekarang duduk dikelas lima di SD N 05 Loning. Gejala yang muncul dari subyek seperti malas, tidak mau masuk kelas dan selalu terlambat masuk kelas. Dari hal itu guru dan penulis mengadakan observasi dan wawancara dengan subyek, sehingga perlu adanya pemberian dan bimbingan terhadap anak yang membolos di SD N 05 Loning.














BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH

Dari hasil Pengamatan guru terhadap  subyek ternyata :
Subyek sekarang masih duduk di kelas empat SD N 05 LONING. Subyek menunjukan perilaku yang nakal dan sering Bolos sekolah pada jam pelajaran. Guru  pernah memergoki Subyek sedang jajan  diwarung.
Wali kelas berkomentar bahwa Subyek sering tidak ikut belajar dalam kelas, Subyek sering Alpa dan sering Izin tidak masuk. waktu didalam kelas pada saat Subyek mengikuti pelajaran, guru juga banyak berkomentar bahwa Subyek sering mengganggu teman-teman lainya. Maka dari itu guru-guru menganggap Subyek anak yang nakal dan gemar membolos.
Subyek mengaku bahwa ia sering bertingkah nakal karena ikut bersama teman-temannya yang selalu mengajak Subyek keluar kelas pada waktu jam pelajaran.
Subyek menunjukan tingkah laku yang menyimpang dan tergolong anak membolos dalam kelasnya. Kebanyakan teman-temannya juga merupakan anak-anak yang tergolong gemar membolos. Subyek sering ikut dengan ajakan temannya demi menjaga pertemanannya.
Masalah menyangkut perkembangan emosional sangat terlihat pada kasus yang satu ini diantaranya adalah: akibat tidak mampu mengontrol emosi, seperti egois, dan suka berkata kasar, oleh sebab itulah kasus cenderung dijauhi oleh beberapa teman kasus, dan subyek sering asik diluar kelas dibanding dalam kelas karena temannya kebanyakan dari siswa yang nakal. Masalah emosi ini juga sering mengantarkan Subyek dalam perilaku menyimpang seperti Berkelahi dan sebagainya. Hampir setiap harinya Subyek selalu bolos di jam pertama karena pergi kekantin.

Pada saat jam istirahat kedua biasanya subyek  bersama teman-temannya. selalu nongkrong ditempat PS yang lokasinya tidak jauh dari sekolahnya. dimana subyek bermain sampai jam masuk pelajaran setelah istirahat.

  1. Tindakan yang dapat dilakukan

a.Dengan Mengetahui Faktor - Faktor Penyebabnya
Dengan mengetahui faktor - faktor penyebabnya, pembimbing  sedikit tahu bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa yang membolos mau menerima arahan dari pembimbing atau wali kelas IV. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak. Jadi kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
                               



b.Menerapkan Gerakan Disiplin
Gerakan disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang membolos atau pergi pada waktu jam-jam sekolah. Biasanya mereka barada di tempat keramaian atau di tempat hiburan. Pelajar yang membolos selain merugikan dirinya sendiri juga berpotensi untuk menimbulkan keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar yang suko membolos mempunyai tingkat kenakalan yang tinggi dan Fenomena bolos sekolah ini sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena dari sinilah banyak hal tentang kerusakan moral pelajar dimulai dari pihak sekolah untuk mencegah siswanya bolos sekolah. Kalaupun siswa harus keluar sekolah pada jam sekolah haruslah seijin sekolah dengan menggunakan surat ijin.
c.Sosialisasi Kepada Pengelola Hiburan
Pihak sekolah dengan pihak pengelola hiburan seperti Play Station untuk tidak menerima konsumen Pelajar pada jam sekolah. Kebanyakan pelajar yang bolos sekolah ”bersembunyi” di sana. Setelah sosialisasi dirasa cukup mungkin dengan penempelan stiker atau poster tentang larangan pelajar bermain di waktu jam sekolah maka ditingkatkan menjadi taraf pemantauan. Jika dari pihak pengelola masih membiarkan para pelajar bolos bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika peringatan tidak diindahkan maka bisa dilakukan penyegelan sementara atau bahkan penutupan paksa disesuaikan dengan aturan yang berlaku.





Sesungguhnya yang paling dominan dalam mempengaruhi siswa membolos adalah keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai,Designer of Instruction. Sebagai Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan, tapi seperti yang telah kita ketahui banyak guru yang tidak mampu sebagai peracik bahan - bahan pengajaran yang kemudian dikemas dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga pada gilirannya siswa merasa jenuh di kelas.

Dan tidak kalah pentingnya guru ideal adalah guru yang mampu menempatkan dirinya sebagai Evaluator of Instruction, guru diharapkan sebagai penilai hasil ujian siswa dengan mengedepankan kejujuran, transparansi dalam menilai siswanya. Tapi banyak sekali guru dengan kesibukannya mencari tambahan ekonomi keluarga, melakukan penilaian dengan cara “ngaji (mengarang biji)” nilai siswa dikarang karena tidak punya waktu banyak untuk menilai satu persatu siswanya. Hal inilah bisa sebagai pemicu siswa membolos.

SOLUSI
1.Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa
2.Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja.
3.Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan hidup.
4.Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan memahami yang telah diajarkan guru.
5.Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur dan tidak merekayasa.


BAB V
PENUTUP
A.    Simpulan
  1. Bimbingan merupakan 
a)    Suatu proses yang berlesinambungan.
b)    Suatu proses membantu individu.
c)  Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya.
d)   Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
Untuk melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang telah memiliki keahlian      dan pengalaman khusus dalam bimbingan dan konseling.
Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Istilah penyuluhan dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat. Menurut mereka yang lebih tepat adalah konseling karena kegiatan konseling ini sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan - kegiatan penyuluhan lain seperti penyuluhan dalam bidang pertanian dan penyuluhan dalam keluarga berencana.
Pelayanan konseling menuntut keahlian khusus, sehingga tidak semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan konseling ini.





DAFTAR PUSTAKA

Sitti Sundari, HS. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Reneka Cipta
www.google.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar