PEMBERIAN
BIMBINGAN TERHADAP
SISWA
YANG MEMBOLOS DI SD N 05 LONING
LAPORAN
Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah
“KESEHATAN MENTAL”
Dosen pengampu : Lukman Nur Hakim, M.Pd
Oleh:
Nama :
Deni Purwati
NIM :
1111500088
Kelas :
III D
BIMBINGAN
KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PANCASAKTI TEGAL
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Manusia
adalah kompleks. Dapat dilihat mereka
mencari kepuasan dan kebutuhan,hal itu menyebabkan masyarakat menderita mental
kesehatannya. Maka perlu pencegahan sebelum diobati dan memelihara sehatnya
mental.
Manusia
membutuhkan bantuan orang lain, yang berinteraksi dengan manusia lainnya.
Dimana manusia makhluk sosial yang slalu berkomunikasi dengan manusia dan
lingkungan sekitar. Manusia selalu mencari mencari keseimbangan dan ketenangan
jiwa lahir dan batinnya.
Agar pengembangan individu terus meningkat yaitu tentang
pengetahuan dan kesadaran anak mengenai membolos yang merugikan individu itu
sendiri. Sehingga dapat diharapkan meningkatnya belajar mereka dalam menjaga
konsistensi tetap terpelihara.
B.Rumusan Masalah
1) Apa definisi membolos kaitannya dengan kesehatan mental ?
2) Bagaimana Reaksi anak membolos?
C. Tujuan Penulisan
1)
Untuk mengetahui maksud dari membolos kaitan kesehatan mental?
2) Untuk memahami reaksi anak membolos?
BAB II
LANDASAN
TEORI
A.Definisi
1.Definisi
kesehatan mental
Mental hygiene merujuk pada pengembangan dan aplikasi
seperangkat prinsip-prinsip praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan
pemeliharaan unsur psikologis dan Pencegahan dari kemungkinan timbulanya
kerusakan mental atau malajudjusment. Kesehatan mental terkait dengan (1)
bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari; (2)
bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain; dan (3)
bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan.
Dalam definisi WHO disebutkan semata-mata absensinya dari
penyakit atau lemah. Kestabilan/ keseimbangan masing-masing individu berbeda ,
karena diperoleh dari pengalaman- pengalaman yang berbeda. Untuk merealisasikan
ketentraman dan kepribadian yang integral. Perlu mempelajari kesehatan mental,
karena ilmu ini merupakan penerapan psikologi.
Jadi, kesehatan mental ialah ilmu tentang, metode, teknik
dalam pemeliharaan kesehatan mental.
2.definisi membolos
Membolos
dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan
yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan ketidak hadiran tanpa alasan yang
jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika
tidak segera diselesaikan / dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang
lebih parah. Oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos
menjadi perhatian yang sangat serius. Malah terkadang
penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam keluarga itu
sendiri.
Membolos dapat
diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang
tidak tepat, atau membolos juga dapat dikatakan sebagai ketidakhadiran siswa
tanpa adanya suatu alasan yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari
kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan atau dicari solusinnya
dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu penanganan terhadap
siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat serius.
Penanganan tidak saja
dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu dilibatkan. Malah
terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam
keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak
keluarga menjadi sangat penting dalam pemecahan masalah siswa tersebut.
B.Sejarah Kesehatan mental
Ada bukti dibatasi oleh
untuk menilai keberadaan atau sifat gangguan mental sebelum catatan
tertulis. psikologi evolusi menunjukkan bahwa beberapa disposisi genetik
yang mendasari, mekanisme psikologis dan tuntutan sosial yang hadir, meskipun
beberapa gangguan mungkin telah berkembang dari suatu ketidaksesuaian antara
lingkungan leluhur dan kondisi modern.Beberapa kelainan perilaku istimewa telah
ditemukan pada kera besar non-manusia.
Catatan Limited dalam dokumen Mesir kuno yang dikenal sebagai
papirus Ebers muncul untuk menggambarkan kondisi gangguan konsentrasi dan
perhatian, dan gangguan emosi di hati atau pikiran. Beberapa ini telah
ditafsirkan sebagai menunjukkan apa yang kemudian akan disebut histeria dan
melankolis. perawatan somatik biasanya termasuk menerapkan cairan tubuh
saat membaca mantra magis. Halusinogen mungkin telah digunakan sebagai
bagian dari ritual penyembuhan. candi agama mungkin telah digunakan
sebagai terapi retret, mungkin untuk induksi negara reseptif untuk memudahkan
tidur dan menafsirkan mimpi.
Bangsa kuno Israel dibentuk oleh orang-orang dengan asal di
Mesopotamia dan Mesir. Konsep Allah yang tunggal, secara bertahap
diartikulasikan dalam Yudaisme, menyebabkan pandangan bahwa gangguan mental
bukan masalah seperti yang lain, yang disebabkan oleh salah satu dewa, tetapi
lebih disebabkan oleh masalah dalam hubungan antara individu dan Tuhan. Ayat-ayat
dari Alkitab Ibrani / Perjanjian Lama telah ditafsirkan sebagai gangguan
menggambarkan suasana di tokoh-tokoh seperti Ayub, Raja Saul dan dalam Mazmur
Daud.
Periode
Modern
Beberapa orang mental terganggu mungkin telah menjadi
korban dari penyihir-perburuan yang tersebar di gelombang di Eropa modern awal
Namun,. Yang dinilai gila semakin mengakui lokal, poorhouses workhouses
dan penjara-penjara (khususnya “orang miskin gila”) atau kadang-kadang ke
madhouses swasta baru Pengekangan dan kurungan paksa digunakan untuk mereka
yang diduga berbahaya terganggu atau berpotensi kekerasan terhadap diri mereka
sendiri, orang lain atau properti. Yang terakhir ini mungkin tumbuh dari
pengaturan penginapan bagi individu tunggal (yang, dalam workhouses, dianggap
mengganggu atau tidak bisa diatur), maka ada beberapa catering yang
masing-masing hanya segelintir orang, maka mereka secara bertahap diperluas
(misalnya 16 di London pada tahun 1774, dan 40 oleh 1819).
Pada akhir
abad ke-17 dan ke Pencerahan, kegilaan semakin dilihat sebagai fenomena fisik
organik, tidak lagi melibatkan jiwa atau tanggung jawab moral. Sakit
mental yang biasanya dipandang sebagai binatang liar tidak sensitif. Harsh
pengobatan dan menahan diri dalam rantai dilihat sebagai terapi, membantu menekan
nafsu hewan. Ada kadang-kadang fokus pada manajemen lingkungan madhouses,
dari diet untuk latihan rezim terhadap jumlah pengunjung. perlakuan berat
somatik digunakan, mirip dengan yang di abad pertengahan pemilik rumah gila
kadang-kadang membanggakan kemampuan mereka dengan cambuk. Perawatan di
rumah sakit jiwa beberapa masyarakat juga barbar, sering sekunder ke
penjara. Yang paling terkenal adalah Bedlam di mana pada satu penonton
waktu bisa membayar satu sen untuk menonton para tahanan sebagai bentuk hiburan.
Dengan
meningkatnya madhouses dan profesionalisasi dan spesialisasi kedokteran, ada
insentif yang cukup besar untuk petugas medis untuk terlibat. Pada abad
ke-18, mereka mulai saham klaim monopoli atas madhouses dan perawatan.Madhouses
bisa menjadi bisnis yang menguntungkan, dan banyak meraup keuntungan besar dari
mereka. Ada beberapa mantan pasien reformis borjuis yang menentang rezim
sering brutual, menyalahkan baik pemilik rumah gila dan tenaga medis, yang pada
gilirannya menolak reformasi.
Menjelang
akhir abad ke-18, sebuah gerakan moral dikembangkan pengobatan, yang menerapkan
pendekatan yang lebih manusiawi, psikososial dan personal. tokoh terkemuka
termasuk Vincenzo Chiarugi medis di Italia di bawah kepemimpinan Pencerahan;
inspektur Pussin mantan-pasien dan petugas medis psikologis cenderung Phillipe
Pinel di Perancis revolusioner, kaum Quaker di Inggris, yang dipimpin oleh
pengusaha William Tuke, dan kemudian, di Amerika Serikat,
kampanye Dorothea Dix.
dan dari Inggris adalah salah satu contoh
orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena
penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa
pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya
teori-teori yang dikemukakan.
merupakan
seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia
berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan
orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki
kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke
Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar
pada abad ke-19.Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah (1876-1943). Beers
pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit
jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara
penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera
dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang
menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi
perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah
sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa
sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers
tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan
tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan
program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara
penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit
mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh
keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1.Perbaikan
dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2.Kampanye
memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan
lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan
mental.
3.Memperbanyak
riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan
mengembangkan terapi penyembuhannya.
4.Memperbesar
usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan
gangguan-gangguan emosi.\
William
James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers
tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene”
dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908
terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada
tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers
sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
C.Ruang Lingkup
Membolos
sekolah mungkin ini merupakan salahsatu budaya dalam pendidikan di bumi pertiwi
ini.Sering kali kita mendapati anak - anak sekolah yang masi berseragam
berkeliaran di luar sekolah pada jam sekolah.
Kalau jaman dahulu mungkin hanya sebatas anak laki - laki saja yang melakukan atau melestarikan kebudayaan ini namun akhir - akhir ini tidak jarang kita temukan anak sekolah perempuan yang membolos di jam sekolah,sendiri dengan sesama teman perempuan ataupun dengan teman laki – laki.
Kalau jaman dahulu mungkin hanya sebatas anak laki - laki saja yang melakukan atau melestarikan kebudayaan ini namun akhir - akhir ini tidak jarang kita temukan anak sekolah perempuan yang membolos di jam sekolah,sendiri dengan sesama teman perempuan ataupun dengan teman laki – laki.
Lalu
bagaimana dengan peraturan sekolahnya? apakah sekolah tidak melakukan tindakan
dengan kejadian semacam ini?mungkin ada beberapa sekolahan yang menganggap hal
ini adalah hal yang biasa dengan tidak memberikan sangsi terhadap anak yang
membolos.namun sesungguhnya di setiap sekolahan pasti ada peraturan yang
mengatur tentang sangsi bagi anak yang membolos.Tetapi peraturan ini terkadang
tidak ditegakkan entah karena gurunya tidak tau atau memang karena guru
tersebut sudah bosan menghukum anak yang bersangkutan.
Hukuman bagi siswa yang membolos terkadang bisa menjadi pisau bermata dua yang terkadang juga bisa merepotkan guru, bagaimana tidak ? seperti yang anda ketahui belakangan ini banyak berita mengenai kekerasan guru terhadap muridnya.Menurut saya itu adalah suatuhal yang wajar karena seorang guru tentunya juga mempunyai harga diri jika peraturan yang dibuatnya dilanggar berulang ulang kali, sang guru pasti akan merasa tidak dihargai sebagai guru tentunya.
Hukuman bagi siswa yang membolos terkadang bisa menjadi pisau bermata dua yang terkadang juga bisa merepotkan guru, bagaimana tidak ? seperti yang anda ketahui belakangan ini banyak berita mengenai kekerasan guru terhadap muridnya.Menurut saya itu adalah suatuhal yang wajar karena seorang guru tentunya juga mempunyai harga diri jika peraturan yang dibuatnya dilanggar berulang ulang kali, sang guru pasti akan merasa tidak dihargai sebagai guru tentunya.
Lalu apa sebenarnya tujuan para
murid membolos ? inilah mungkin yang menjadi kunci permasalahnya, rata-rata
murid membolos dikarenakan hal - hal sebagai berikut :
1. Bosan
dengan kegiatan sekolah
Kegiatan sekolah yang itu - itu
saja terasa membosankan bagi para siswa yaitu datang,duduk,diam,mendengarkan,
lalu pulang. Hal ini dilakukan setiap hari tentu akan menjadi suatu hal yang sangat
membosankan.
2.
Tertarik dengan kegiatan diluar sekolah
Jiwa muda para pelajar sering
menjadi alasan kenakalan remaja salah satunya membolos.ketika seorang pelajar
mengetahui ada kegiatan menarik diluar sekolah tentu siswa tersebut akan
berusaha untuk bisa mengikuti kegiatan tersebut dan sayangnya kegiatan diluar
sekolah tersebut bukan hanya kegiatan yang bersifat positiv.
3.
Ajakan teman
Ajakan teman terkadang terdengar
seperti tantangan atau mungkin ejekan yang membuat seorang siswa tidak mampu
menahan godaan adrenalin.
4. Takut
/ malas melihat wajah guru
Alasan yang satu ini merupakan alasan yang paling populer
dikalangan pelajar.Dengan alasan takut atau malas mengikuti pelajaran salah
seorang guru membolos merupakan pilihan yang menggiurkan, entah karena tidak
mengerjakan PR atau alasan yang lain sebagainya.
5. Malas
Alasan ini merupakan gabunang dari alasan ke 4 dan ke 1 .
6.
Kesiangan
Ketika seseorang pelajar terlambat datang kesekolah dia akan
berfikir antara dihukum karena terlambat atau dihukum karena membolos? andaikan
anda seorang pelajar anda akan berfikir sama - sama dihukum tapi mending
dihukum karena membolos karena sudah merasakan enjoynya membolos.
7.Cari
uang
Ini mungkin alasan yang ada hanya di negara miskin seperti
indonesia ini.alasan yang satu ini sebenarnya tidak layak untuk di cantumkan
karena layaknya seorang pelajar seharusnya berfikir tentang pelajaran bukan
mencari uang, tapi apa boleh di kata biginilah kondisinya.
alasan alasan diatas biasanya adalah alasan yang menjadi dasar pemikiran seorang siswa untuk membolos jadi ada baik nya seorang guru melakukan penelitian terhadap siswa-siswanya yang membolos kemudian menetapkan metode paling baik untuk mengatasi budaya membolos ini.
alasan alasan diatas biasanya adalah alasan yang menjadi dasar pemikiran seorang siswa untuk membolos jadi ada baik nya seorang guru melakukan penelitian terhadap siswa-siswanya yang membolos kemudian menetapkan metode paling baik untuk mengatasi budaya membolos ini.
D.Norma mental sehat dan sakit
Norma mental sehat dan
sakitnya dapat terdeteksi dari sikap, dan tingkah laku. Sehatnya individu
terlihat jika memenuhi norma agama dan masyarakat dan sakitnya individu dapat
terlihat dari penyimpangan atau kerusakan baik diri sendri atau lingkungannya.
Menyangkut anak membolos termasuk dalam norma mental yang sakit karena
didalamnya membahas tentang sakitnya pada reaksi emosional pada observi.
E.Macam- macam pertahanan Diri
Mekanisme pertahanan ada yang bersifat positif ada pula yang bersifat
negatif, Antara lain:
1.Sublimasi
Sublimasi atau sublimation dari kata sublimate artinya
memperhalus atau memperindah. Dalam mekanisme pertahanan berarti menyalurkan
dan memperhalus dorongan-dorongan yang bersifat egoistis, nafsu-nafsu animal
dan dorongan-dorongan yang kurang sehat. Sehingga dapat diterima oleh
masyarakat secara baik sebab bermanfaat dan tidak bersifat mengganggu.
2.Rasionalisasi
Rasionalisation atau rasionalisasi dari kata rasio atau
akal, masuk akal. Rasionalisasi adalah mengisi kekurangan dengan menutup
kesalahan/rintangan. Hal yang tidak masuk akal dengan alasan-alasan diubah
menjadi masuk akal agar dapat memuaskan harga dirinya, serta diakui oleh
masyarakat.
3.Proyeksi
Projection atau proyeksi, suatu usaha untuk memproyeksikan
atau melemparkan kekurangan diri sendiri kepada orang lain. Jadi kesalahan atau
kekurangan sendiri dipantulkan pada pihak lain.
4.Regresi
Regression atau regresi artinya kembali ketingkat
sebelumnya(mundur). Regresi adalah suatu usaha untuk menghilangkan kesusahan,
kesukaran atau kekecewaan dengan jalan kembali ketingkat perkembangan
sebelumnya, sebab pada masa perkembangan yang dialami itu mendapat kesukaran ia
menangis, akhirnya segera diperhatikan dan dilayani oleh orang tuanya dan ia
mendapat kepuasan.
BAB III
PERMASALAHAN
Subyek dari hasil pengamatan adalah anak membolos. Subyek
sekarang duduk dikelas lima di SD N 05 Loning. Gejala yang muncul dari subyek
seperti malas, tidak mau masuk kelas dan selalu terlambat masuk kelas. Dari hal
itu guru dan penulis mengadakan observasi dan wawancara dengan subyek, sehingga
perlu adanya pemberian dan bimbingan terhadap anak yang membolos di SD N 05
Loning.
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
Dari hasil Pengamatan guru terhadap subyek
ternyata :
Subyek sekarang masih duduk di kelas empat SD N 05 LONING. Subyek menunjukan perilaku
yang nakal dan sering Bolos sekolah pada jam pelajaran. Guru pernah memergoki Subyek sedang jajan diwarung.
Wali kelas berkomentar bahwa Subyek sering tidak ikut
belajar dalam kelas, Subyek sering Alpa dan sering Izin tidak masuk. waktu
didalam kelas pada saat Subyek mengikuti pelajaran, guru juga banyak
berkomentar bahwa Subyek sering mengganggu teman-teman lainya. Maka dari itu
guru-guru menganggap Subyek anak yang nakal dan gemar membolos.
Subyek mengaku bahwa ia sering bertingkah nakal karena
ikut bersama
teman-temannya yang selalu mengajak Subyek keluar kelas pada waktu jam
pelajaran.
Subyek menunjukan tingkah laku yang menyimpang dan tergolong
anak membolos
dalam kelasnya. Kebanyakan teman-temannya juga merupakan anak-anak yang tergolong gemar
membolos.
Subyek sering ikut dengan ajakan temannya demi menjaga pertemanannya.
Masalah menyangkut perkembangan
emosional sangat terlihat pada kasus yang satu ini diantaranya adalah: akibat
tidak mampu mengontrol emosi, seperti egois, dan suka
berkata kasar, oleh sebab itulah kasus cenderung dijauhi oleh beberapa teman
kasus, dan subyek sering asik diluar kelas dibanding dalam kelas karena
temannya kebanyakan dari siswa yang nakal. Masalah emosi ini juga sering
mengantarkan Subyek dalam perilaku menyimpang seperti Berkelahi dan sebagainya.
Hampir
setiap harinya Subyek selalu bolos di jam pertama karena pergi kekantin.
Pada saat jam istirahat kedua biasanya subyek bersama teman-temannya. selalu nongkrong
ditempat PS yang lokasinya tidak jauh dari sekolahnya. dimana subyek bermain
sampai jam masuk pelajaran setelah istirahat.
- Tindakan yang dapat dilakukan
a.Dengan Mengetahui Faktor - Faktor
Penyebabnya
Dengan
mengetahui faktor - faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi permasalahan
siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa yang membolos
mau menerima arahan dari pembimbing atau wali kelas IV. Adapun jika siswa masih bersikap
tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka
pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu
semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil
tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas,
pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik
akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya anak
masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang
terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak. Jadi kegiatan
membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga
turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi
arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin
supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu
menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi
masalah anak.
b.Menerapkan
Gerakan Disiplin
Gerakan disiplin ini difokuskan untuk
memantau para pelajar yang membolos atau pergi pada waktu jam-jam sekolah.
Biasanya mereka barada di tempat keramaian atau di tempat hiburan. Pelajar yang
membolos selain merugikan dirinya sendiri juga berpotensi untuk menimbulkan
keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar yang suko membolos mempunyai
tingkat kenakalan yang tinggi dan Fenomena bolos sekolah ini sebenarnya tidak
bisa dianggap remeh karena dari sinilah banyak hal tentang kerusakan moral
pelajar dimulai dari pihak sekolah untuk mencegah siswanya bolos sekolah.
Kalaupun siswa harus keluar sekolah pada jam sekolah haruslah seijin sekolah
dengan menggunakan surat ijin.
c.Sosialisasi Kepada Pengelola Hiburan
Pihak sekolah dengan pihak pengelola
hiburan seperti Play Station untuk tidak menerima konsumen Pelajar pada jam
sekolah. Kebanyakan pelajar yang bolos sekolah ”bersembunyi” di sana. Setelah
sosialisasi dirasa cukup mungkin dengan penempelan stiker atau poster tentang
larangan pelajar bermain di waktu jam sekolah maka ditingkatkan menjadi taraf
pemantauan. Jika dari pihak pengelola masih membiarkan para pelajar bolos
bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika peringatan tidak diindahkan
maka bisa dilakukan penyegelan sementara atau bahkan penutupan paksa
disesuaikan dengan aturan yang berlaku.
Sesungguhnya yang paling dominan dalam mempengaruhi siswa
membolos adalah keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai,Designer
of Instruction. Sebagai Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran
menarik dan tidak membosankan, tapi seperti yang telah kita ketahui banyak guru
yang tidak mampu sebagai peracik bahan - bahan pengajaran yang kemudian dikemas
dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga pada gilirannya siswa merasa
jenuh di kelas.
Dan tidak kalah pentingnya guru ideal adalah guru yang mampu
menempatkan dirinya sebagai Evaluator of Instruction, guru diharapkan sebagai
penilai hasil ujian siswa dengan mengedepankan kejujuran, transparansi dalam
menilai siswanya. Tapi banyak sekali guru dengan kesibukannya mencari tambahan
ekonomi keluarga, melakukan penilaian dengan cara “ngaji (mengarang biji)”
nilai siswa dikarang karena tidak punya waktu banyak untuk menilai satu persatu
siswanya. Hal inilah bisa sebagai pemicu siswa membolos.
SOLUSI
1.Guru melakukan
pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa sebagai
teman bicara dan bukan sebagai terdakwa
2.Guru memberikan
teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum sedangkan
guru yang sering terlambat dibiarkan saja.
3.Guru selalu berkreasi,
berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan hidup.
4.Guru hendaknya
merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan memahami yang
telah diajarkan guru.
5.Guru harus memberikan
penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur dan tidak merekayasa.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
- Bimbingan merupakan
a) Suatu
proses yang berlesinambungan.
b) Suatu
proses membantu individu.
c) Bantuan yang
diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
mengarahkan dan
mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya.
d) Kegiatan
yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat
memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
Untuk melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang
telah memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam
bimbingan dan konseling.
Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai
penyuluhan. Istilah penyuluhan dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli
kurang tepat. Menurut mereka yang lebih tepat adalah konseling karena kegiatan
konseling ini sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan - kegiatan
penyuluhan lain seperti penyuluhan dalam bidang pertanian dan penyuluhan dalam
keluarga berencana.
Pelayanan konseling menuntut keahlian khusus, sehingga tidak
semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan
konseling ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Sitti Sundari, HS. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan.
Jakarta: Reneka Cipta
www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar