Kamis, 16 Mei 2013

konseling analisis transaksional



  1. Definisi Konseling Analisis Transaksional
Konseling merupakan hubungan timbal balik antara dua individu yaitu konselor dan konseli untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang (Sukardi dalam Natawijaya, 1996: 21).
Analisis transaksional berasumsi bahwa orang-orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, sedangkan menurut Rosydan (1994: 74) konseling analisis transaksional adalah konseling untuk membantu individu agar pribadinya tidak terkontaminasi oleh status ego anak dan status ego orang tua yang mempengaruhi kehidupannya di masa sekarang.
Berdasarkan pengertian di atas dpat disimpulkan bahwa layanan konseling analisis transaksional adalah suatu layanan konseling yang menggunakan pendekatan dengan sistem kontrak dalam membantu konseli untuk mencapai perubahan tingkah laku. Konseling ini berorientasi pada faktor pemahaman serta bersifat aktif, direktif, didaktif dan merupakan proses belajar mengajar.







  1. Konsep Dasar
Menurut Gerald Corey Analisis Transaksional berakar pada filosofi antideterministik. Analisis ini juga mengakui bahwa mereka dipengaruhi oleh harapan serta tuntutan oleh orang lain yang signifikan baginya, terutama oleh karena keputusan yang terlebih dulu telah dibuat pada masa hidupnya mereka pada saat mereka sangat tergantung pada orang lain. Tetapi keputusan dapat ditinjau kembali dan ditantang, dan apabila keputusan yang telah diambil terdahulu tidak lagi cocok, bisa dibuat keputusan baru.
Transaksional antara lain: status ego, belaian, atau perintah, pembentukan naskah, permainan, dan posisi hidup.
Status Ego
Menurut eric berne bahwa sumber-sumber tingkah laku, sikap perasaan, sebagaimana individu melihat kenyataan, mengolah informasi dan melihat dunia diluar dirinya disebut status ego.
Istilah status ego yang digunakan oleh eric berne berbeda dengan istilah yang dikemukakan oleh freud (id,ego,super ego) karena bukan merupakan construct, akan tetapi status ego disini dapat diamati dan merupakan suatu kenyataan fenomenologis, yang dapat diamati dengan indera (Harris, 1987,Gilliard, et al,1994).





Landasan pemikiran Berne(1961) dan Prawitasari (1987) tentang status ego berdasar pada tiga hipotesis yang berlaku pada setiap individu :
  1. Bahwa setiap perkembangan menuju pada kedewasaan, melalui masa kanak-kanak.
  2. Bahwa setiap manusia mempunyai jaringan otak yang baik dan sanggup melakukan testing terhadap realita secara baik.
  3. Bahwa setiap individu yang berjuang untuk menuju ke dewasa telah mempunyai orang tua yang berfungsi atau seorang yang dianggap sebagai orang tuanya.
Didalam individu mengadakan interaksi dengan orang lain biasanya didasari oleh ketiga status ego tersebut. Ketiga status tersebut adalah status ego anak, dewasa, dan orang tua. Tingkatan ini timbul karena adanya pemutaran data kejadian pada waktu yang lalu dan direkam, yang meliputi orang, waktu, keputusan, perasaan yang sungguh nyata (Harris, 1987).
Status Ego Anak
ego anak dapat dilihat dalam dua bentuk yaitu sebagai seorang anak yang menyesuaikan dan anak yang wajar. Anak yang menyesuaikan diujudkan dengan tingkah laku yang dipengaruhi oleh orang tuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak bertindaak sesuai dengan keinginan orang tuanya seperti penurut, sopan, dan patuh, sebagai akibatnya anak akan menarik diri, takut, manja, dan kemungkinan mengalami konflik. Anak yang wajar akan terlihat dalam tingkah lakunya seperti lucu, tergantung, menuntut, egois, agresi, kritis, spontan, tidak mau kalah dan pemberontak.di dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat jika terjadi suatu interaksi antara dua individu.



Misalnya seorang teman menanyakan kenapa kamu kemarin kemu tidak masuk kantor, maka reaksi yang ditanya muncul perasaan kesal (kok usil amat), atau muncul perasaan takut dan kemudian memberikan jawaban agar dikasihani. Respon ini mewujudkan status ego anak yang menyesuaikan sebagaimana respon yang diberikan jika mendapat teguran dari orang tuanya.
Status Ego Dewasa
Status ego dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional dan mandiri. Sifat dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.
Didalam kehidupan sehari-hari interaksi dengan menggunakan status ego dewasa.
Misalnya seorang dosen sedang  memeriksa analisis data dari skripsi mahasiswanya dosen  mengatakan kenapa anda memilih saya sebagai pembimbingnya, maka mahasiswa menjawab ya pak, karena sepengetahuan saya, bapak ahlinya dan sangat menguasai mengenai permasalahan dalam skripsi saya.
Status Ego Orangtua
status ego orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya.
Ada dua bentuk sikap orang tua, yang pertama adalah orang tua yang selalu mengkritik-merugikan, dan yang kedua adalah orang tua yang sayang.



Misalnya sikap orang tua yang mengkritik merugikan seperti “ kamu sih terlalu malas, memang kamu bodoh sih, kamu anak bapak yang paling bandel”.Status ego orang tua yang sayang seperti memberikan dorongan, memberi semangat,menerima, memberikan rasa aman.
  1. Tujuan Konseling
Tujuan konseling analisis transaksional dapat dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan Umum Konseling Analisis Transaksional, ialah membantu individu mencapai otonomi. Individu dikatakan mencapai otonomi bilamana ia memliki Kesadaran, Spontanitas, Keakraban.
Tujuan Khusus Konseling Analisis Transaksional ada 4 antara lain :
1. membantu klien membebankan Status Ego Dewasanya dari kontaminasi dan pengaruh negatif Status Ego Anak dan Status Ego Orang tua.
2. membantu klian menetapkan kebebasan untuk membuat pilihan-pilihan terlepas dari perintah-perintah orang tua.
3. membantu klien untuk menggunakan semua status egonya secara tepat.
4. membantu klien  untuk mengubah keputusan-keputusan yang mengarah pada posisi kehidupan “orang kalah”.








  1. Deskripsi Proses Konseling
Tugas utama konselor yang menggunakan analisis transaksional adalah mengajar bahasa dan ide-ide sistem untuk mendiagnosa transaksi. Konselor transaksional selalu aktif, menghindarkan keadaan diam yang terlalu lama, dan mempunyai tanggung jawab untuk memelihara perhatian pada transaksi.
Model Analisis dan Diagnosis Masalah Analisis Transaksional
1.      Tahap analisis struktural
Merupakan tahap pertama dari proses konseling konselor membantu klien meneliti struktur status egonya(orang tua, dewasa, dan anak) didalam analisis transaksional klien belajar bagaimana mengidentifikasi status egonya. Agar dapat menetapkan keunggulan status ego yang teruji dalam kenyataan yang bebas dari kontaminasi oleh hal dari masa lalu, seperti teknik kursi kosong, family modelling.
2.      Tahap analisis transaksional
Tahap kedua dimana konselor membantu klien untuk transaksi dengan lingkungannya. Ada tiga tipe transaksi yaitu; komplementer, menyilang, dan terselubung. Seperti, metode belajar, role playing atau teknik psikodrama.







3.      Tahap analisis permainan
Konselor dituntut untuk memiliki kemampuan menentukan hasil yang diterima klien dari permainan. bahwa permainan (games) merupakan aspek yang penting dalam mengetahui transaksi yang sebenarnya dengan orang lain.di dalam hal ini perlu diobservasi dan diketahui bgaimana permainan dimainkan dan belaian apa yang diterima, bagaiman keadaan permainan itu, apakah ada jarak dan apa diiringi dengan keakraban. Permainan-permainan boleh jadi memperlihatkan keakraban yang akan terjalin.
4.      Tahap analisis rencana
Suatu Pemahaman lengkap tentang hasil akhir dan gaya hidup klien akan melibatkan analisis rencana kehidupan yang merupakan tahap keempat dari proses konseling analisis transaksional.
H. Model Peran Konselor dalam Pendekatan Analisis Transaksional
Peran Konselor :
Sebagai guru. memperjelas teknik analisis transaksional, rencana kehidupan dan analisis rencana kehidupan, rencana analisis permaina
Sebagai pelatih. membantu klien agar terampil melaksanakan hubungan antar pribadi dengan menggunakan status ego yang tepat.dan tidak salah menggunakan ego.





Sebagai nara sumber.membantu klien menemukan apa yang diperlukan
1.      Sebagai fasilitator
2.      Sebagai Advisor
3.      Sebagai pengamat
  1. Teknik-teknik Konseling
Teknik konseling yang digunakan adalah:
1. Permission
Memperbolehkan klien melakukan apa yang tidak boleh dilakukan oleh orang tuanya
2. Protection
Melindungi klien dari ketakutan karena klien disuruh melanggar terhadap peraturan orang tuanya.
3. Potency
Mendorong klien untuk menjauhkan diri klien dari injuction yang diberikan orang tuanya.








4. Operation
a). Interrogation
Mengkonfrontasikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada diri klien sehingganya berkembang  respon adult dalam dirinya.
b). Specification
Mengkhususkan hal-hal yang dibicarakan sehingganya klien paham tentang ego statenya.
c). Confrontation
Menunjukkan  kesenjangan atau ketidak beresan pada diri klien
d). Explanation
Transaksi adult-adult yang terjadi antara konselor dengan klien untuk menejlaskan mengapa hal ini terjadi (konselor mengajar klien)
e). Illustration
Memberikan contoh pengajaran kepada klien agar ego statenya digunakan  secara tepat.  
f).  Confirmation
Mendorong klien untuk bekerja lebih keras lagi.





g). Interpretation
Membantu klien menyadari latar belakang dari tingkah lakunya
h). Crystallization
Menjelaskan kepada klien bahwasanya klien sudah boleh mengikuti games untuk mendapatkan stroke yang diperlukannya.
  1. Kelebihan dan kekurangan Konseling
Kelebihan
  1. Terminologi  yang sederhana dapat dipelajari dengan mudah diterapkan dengan segera pada perilaku yang kompleks
  2. Klien diharapkan dan didorong untuk mencoba dalam hubungan diluar ruang konseling untuk mengubah perilaku yang salah
  3. Perilaku klien “ disini dan sekarang”, merupakan cara untuk membawa perbaikan klien
  4. Penekanan pada pengalaman masa kini dan lingkungan sosial.








Kekurangan
  1. Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan.
  2. Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
  3. Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya
  4. Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri


2 komentar: