1. Kebiasaan Baik dan Kebiasaan buruk dalam Belajar
Perilaku belajar secara sederhana dapat dimaksudkan adalah cara atau strategi atau metode atau kebiasaan yang dilakukan seseorang dalam belajar. Cara/srategi/metode maupun kebiasaan belajar setiap anak berbeda-beda meskipun ada yang sama. Para ahli ada yang membagi menjadi
Perilaku belajar secara sederhana dapat dimaksudkan adalah cara atau strategi atau metode atau kebiasaan yang dilakukan seseorang dalam belajar. Cara/srategi/metode maupun kebiasaan belajar setiap anak berbeda-beda meskipun ada yang sama. Para ahli ada yang membagi menjadi
beberapa tipe, (1) ada tipe
visual, (2) ada tipe auditif, (3)ada tipe takstil dan kinestetik, dan mungkin
ada tipe gabungan.
Anak yang memiliki tipe visual, akan lebih muda menangkap materi yang dipelajari jika dengan banyak menggunakan bantuan indera penglihatan, misalnya banyak gambar, warna warni, tulisan yang menarik,dsb.
Anak yang memiliki tipe auditif, akan lebih cepat menangkap materi yang dipelajari jika disertai dengan bantuan suara-suara, seperti audio kaset, tape, suara-suara tertentu.
Anak yang memiliki tipe takstil dan kinestetik, akan lebih cepat menagkap materi yang dipelajari jika dengan banyak menggunakan peragaan atau praktek atau melakukan sesuatu, jadi bukan harus dilihat atau didengar tetapi yang penting melakukan atau mempraktekkan. Sedangkan anak dengan tipe gabungan, cenderung tidak berpola, kadang dengan bantuan visual, auditori, maupun takstil tergantung situasional. Bagi orangtua maupun guru, ada baiknya memahami tipe-tipe atau gaya belajar setiap anak agar kita dapat membantu mereka dengan cepat.
Di luar tipe atau gaya belajar sebagaimana diuraikan di atas, ada sejumlah perilaku belajar yang kemudian menjadi kebiasaan, meskipun kebiasaan itu belum tentu baik. Ada kebiasaan baik yang perlu didorong dan ada pula kebiasaan buruk yang perlu dicegah.
Perilaku belajar seperti apa saja yang dapat dikategorikan sebagai kebiasaan baik, dan perilaku seperti apa saja yang dapat dikategorikan sebagai kebiasaan buruk dalam belajar? Di bawah ini ada beberapa petunjuk yang patut mendapat perhatian dari guru dan orangtua tentang beberapa perilaku yang perlu dibiasakan pada anak agar memiliki kebiasaan yang baik dan menghasilkan prestasi yang baik pula tentunya.
A. Kebiasaan Baik dalam Belajar.
Menurut Crow & Crow (1958) perilaku belajar yang dapat dikategorikan sebagai kebiasaan baik adalah sebagai berikut :
Punya maksud dan tujuanØ
Ada tempat tertentu yang digunakan untuk belajarØ
Kondisi fisik yang mendukungØ
Ada rencana dan jadwal waktu belajarØ
Ada selang seling istirahatØ
Melihat kalimat pokok pada setiap paragraphØ
Menerapkan metode ulanganØ
Membuat catatan-catatan singkatØ
Menganalisis dan membetulkan setiap kesalahanØ
B. Kebiasaan Buruk dalam Belajar
Jika kita secara cermat meneliti anak-anak atau murid-murid kita dalam belajar, mungkin kita akan dapat membuat sejumlah daftar kebiasaan dan perilaku belajar anak. Dari daftar tersebut mungkin akan ada yang dapa dikategorikan sebagai kebiasaan buruk dalam belajar. Adapun perilaku belajar yang dikategorikan sebagai kebiasaan buruk adalah :
Belajar hanya ketika ada PRØ
Belajar kalau akan ada ulanganØ
Belajar kalu didampingi ibu/bapakØ
Belajar sambil tiduranØ
Belajar sambil menonton TVØ
Belajar sambil main SMSØ
Belajar tanpa membawa atau menggunakan alat tulisØ
Mengerjakan soal latihan tanpa membaca materi sebelumnyaØ
Belajar samapi larut malam hampir sepanjang hariØ
Belajar tanpa target dan tujuanØ
Waktu luang banyak dihabiskan untuk kegiatan yang kurang bermanfaatØ
Belajar kalau diperintahkan atau diawasi orangtuaØ
2. Mengapa Anak Memiliki Kebiasaan Buruk dalam Belajar
Ada banyak faktor mengapa anak memiliki kebiasaan buruk dalam belajar. Faktor-faktor terebut adalah :
1. faktor lingkungan
faktor lingkungan yang turut mendorong terjadinya kebiasaan buruk anak dalam belajar antara lain adalah : lingkungan fisik rumah yang tidak mendukung, fasilitas belajar yang terbatas, lingkungan keluarga yang tidak berpendidikan, control yang lemah dari orangtua, lingkungan sekolah yang kurang mendorong tumbuhnya semangat untuk belajar di rumah, lingkungan masyarakat yang kurang mendukung terhadap iklim belajar yang baik, anak banyak berteman dengan kelompok yang malas belajar.
2. faktor pribadi anak
faktor pribadi anak mengapa memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, dapat disebabkan hal-hal sebagai berikut : motivasi yang rendah, need for achievement anak rendah, kesehatan anak yang terganggu, tidak tahu bagaimana belajar yang baik, tidak ada kedisplinan dalam belajar, tidak bias mengatur waktu, anak salah memilih teman bergaul.
3. Mengatasi Kebiasaan Buruk dalam Belajar
Dalam kehidupan sehari-hari, dari kacamata orang dewasa (orangtua maupun guru) sesunggunya perilaku anak dapat dikategorikan menjadi tiga bagian. (1) perilaku yang disukai dan ingin agar lebih sering dilakukan oleh anak, (2) perilaku yang tidak disukai dan ingin agar lebih jarang dilakukan anak, dan (3) perilaku yang tidak bias ditolerir dan ingin agar dihentikan sama sekali oleh anak.
1. Perilaku yang kita sukai dan ingin agar lebih sering dilakukan anak
Beberapa perilaku berikut adalah contoh perilaku yang hampir pasti disukai oleh orang dewasa (orangtua atau guru) ketika melihat anak terbiasa seperti ini :
a. mengucapkan terimakasih ketika diberi sesuatu
b. menengok ke kiri dan ke kanan ketika menyeberang
c. membaca buku ketika waktu longgar
d. mengatakan yang sebenarnya
e. mamakai sepatu dan pakaian sendiri
f. membantu pekerjaan orangtua di dapur lantai atau di kebun
g. bangun sendiri dengan tepat waktu
h. belajar dan mengerjakan PR tanpa diminta
i. menyediakan waktu khusus untuk mengaji dan beribadah
j. mengatur buku pelajaran untuk esok harinya
k. menata dan mengatur sendiri sepatu, tas, handuk, dan pakaian
l. membuang sampah dan kotoran pada tempatnya
2. Perilaku yang tidak kita sukai dan ingin agar lebih jarang dilakukan
Beberapa contoh perilaku yang tidak kita sukai dan tentu saja kita ingin agar lebih jarang dilakukan anak, antara lain sebagai berikut :
a. bermalas-malasan
b. bertengkar dengan adik atau kakak
c. merengek
d. membantah
e. menggunakan kata-kata kotor
f. mengabaikan perintah
g. tidak mengerjakan PR
h. mengata-ngatai atau mengejek orangmenyela, memotong pembicaraan orang
i. membiarkan baju berserakan di lantai
j. tidak sopan
k. tidak ramah
l. selalu telat bangun pagidan berangkat sekolah
3. Perilaku yang tidak dapat kita tolerir dan ingin agar dihentikan sama sekali oleh anak
Ada beberapa perilaku yang sudah tidak dapat ditlerir, dan karenaya ingin agar dihentikan samasekali oleh anak, antara lain adalah :
a. berlari ke jalan tanpa melihat bahaya
b. bersepeda/sepeda mptor dengan ngebut di jalan umum
c. melukai anak lain
d. bertengkar/berkelahi secara fisik
e. meludahi orang lain
f. menggigit teman atau orang lain
g. bermain korek api atau senjata tajam
h. bertindak kasar/kejam pada orang atau binatang
i. tidak mau sekolah
j. menyembunyikan milik orang lain, mencuri.
Tentu saja dengan klasifikasi tingkahlaku seperti diuraikan diatas, smuanya akan membawa konsekuensi sendiri-sendiri bagi anak maupun orangtua dan guru. Bagaimana cara mengatasi perlaku yang tidak disukai maupun yang tidak dapat ditolerir, kata kuncinya adalah setiap orangtua atau guru, perlu memilah-milah, mana peerilaku yang disukai, mana yang tidak disukai, dan mana yang tidak dapat ditolerir. Masing-masing penanganannya juga akan berbeda.
Anak yang memiliki tipe visual, akan lebih muda menangkap materi yang dipelajari jika dengan banyak menggunakan bantuan indera penglihatan, misalnya banyak gambar, warna warni, tulisan yang menarik,dsb.
Anak yang memiliki tipe auditif, akan lebih cepat menangkap materi yang dipelajari jika disertai dengan bantuan suara-suara, seperti audio kaset, tape, suara-suara tertentu.
Anak yang memiliki tipe takstil dan kinestetik, akan lebih cepat menagkap materi yang dipelajari jika dengan banyak menggunakan peragaan atau praktek atau melakukan sesuatu, jadi bukan harus dilihat atau didengar tetapi yang penting melakukan atau mempraktekkan. Sedangkan anak dengan tipe gabungan, cenderung tidak berpola, kadang dengan bantuan visual, auditori, maupun takstil tergantung situasional. Bagi orangtua maupun guru, ada baiknya memahami tipe-tipe atau gaya belajar setiap anak agar kita dapat membantu mereka dengan cepat.
Di luar tipe atau gaya belajar sebagaimana diuraikan di atas, ada sejumlah perilaku belajar yang kemudian menjadi kebiasaan, meskipun kebiasaan itu belum tentu baik. Ada kebiasaan baik yang perlu didorong dan ada pula kebiasaan buruk yang perlu dicegah.
Perilaku belajar seperti apa saja yang dapat dikategorikan sebagai kebiasaan baik, dan perilaku seperti apa saja yang dapat dikategorikan sebagai kebiasaan buruk dalam belajar? Di bawah ini ada beberapa petunjuk yang patut mendapat perhatian dari guru dan orangtua tentang beberapa perilaku yang perlu dibiasakan pada anak agar memiliki kebiasaan yang baik dan menghasilkan prestasi yang baik pula tentunya.
A. Kebiasaan Baik dalam Belajar.
Menurut Crow & Crow (1958) perilaku belajar yang dapat dikategorikan sebagai kebiasaan baik adalah sebagai berikut :
Punya maksud dan tujuanØ
Ada tempat tertentu yang digunakan untuk belajarØ
Kondisi fisik yang mendukungØ
Ada rencana dan jadwal waktu belajarØ
Ada selang seling istirahatØ
Melihat kalimat pokok pada setiap paragraphØ
Menerapkan metode ulanganØ
Membuat catatan-catatan singkatØ
Menganalisis dan membetulkan setiap kesalahanØ
B. Kebiasaan Buruk dalam Belajar
Jika kita secara cermat meneliti anak-anak atau murid-murid kita dalam belajar, mungkin kita akan dapat membuat sejumlah daftar kebiasaan dan perilaku belajar anak. Dari daftar tersebut mungkin akan ada yang dapa dikategorikan sebagai kebiasaan buruk dalam belajar. Adapun perilaku belajar yang dikategorikan sebagai kebiasaan buruk adalah :
Belajar hanya ketika ada PRØ
Belajar kalau akan ada ulanganØ
Belajar kalu didampingi ibu/bapakØ
Belajar sambil tiduranØ
Belajar sambil menonton TVØ
Belajar sambil main SMSØ
Belajar tanpa membawa atau menggunakan alat tulisØ
Mengerjakan soal latihan tanpa membaca materi sebelumnyaØ
Belajar samapi larut malam hampir sepanjang hariØ
Belajar tanpa target dan tujuanØ
Waktu luang banyak dihabiskan untuk kegiatan yang kurang bermanfaatØ
Belajar kalau diperintahkan atau diawasi orangtuaØ
2. Mengapa Anak Memiliki Kebiasaan Buruk dalam Belajar
Ada banyak faktor mengapa anak memiliki kebiasaan buruk dalam belajar. Faktor-faktor terebut adalah :
1. faktor lingkungan
faktor lingkungan yang turut mendorong terjadinya kebiasaan buruk anak dalam belajar antara lain adalah : lingkungan fisik rumah yang tidak mendukung, fasilitas belajar yang terbatas, lingkungan keluarga yang tidak berpendidikan, control yang lemah dari orangtua, lingkungan sekolah yang kurang mendorong tumbuhnya semangat untuk belajar di rumah, lingkungan masyarakat yang kurang mendukung terhadap iklim belajar yang baik, anak banyak berteman dengan kelompok yang malas belajar.
2. faktor pribadi anak
faktor pribadi anak mengapa memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, dapat disebabkan hal-hal sebagai berikut : motivasi yang rendah, need for achievement anak rendah, kesehatan anak yang terganggu, tidak tahu bagaimana belajar yang baik, tidak ada kedisplinan dalam belajar, tidak bias mengatur waktu, anak salah memilih teman bergaul.
3. Mengatasi Kebiasaan Buruk dalam Belajar
Dalam kehidupan sehari-hari, dari kacamata orang dewasa (orangtua maupun guru) sesunggunya perilaku anak dapat dikategorikan menjadi tiga bagian. (1) perilaku yang disukai dan ingin agar lebih sering dilakukan oleh anak, (2) perilaku yang tidak disukai dan ingin agar lebih jarang dilakukan anak, dan (3) perilaku yang tidak bias ditolerir dan ingin agar dihentikan sama sekali oleh anak.
1. Perilaku yang kita sukai dan ingin agar lebih sering dilakukan anak
Beberapa perilaku berikut adalah contoh perilaku yang hampir pasti disukai oleh orang dewasa (orangtua atau guru) ketika melihat anak terbiasa seperti ini :
a. mengucapkan terimakasih ketika diberi sesuatu
b. menengok ke kiri dan ke kanan ketika menyeberang
c. membaca buku ketika waktu longgar
d. mengatakan yang sebenarnya
e. mamakai sepatu dan pakaian sendiri
f. membantu pekerjaan orangtua di dapur lantai atau di kebun
g. bangun sendiri dengan tepat waktu
h. belajar dan mengerjakan PR tanpa diminta
i. menyediakan waktu khusus untuk mengaji dan beribadah
j. mengatur buku pelajaran untuk esok harinya
k. menata dan mengatur sendiri sepatu, tas, handuk, dan pakaian
l. membuang sampah dan kotoran pada tempatnya
2. Perilaku yang tidak kita sukai dan ingin agar lebih jarang dilakukan
Beberapa contoh perilaku yang tidak kita sukai dan tentu saja kita ingin agar lebih jarang dilakukan anak, antara lain sebagai berikut :
a. bermalas-malasan
b. bertengkar dengan adik atau kakak
c. merengek
d. membantah
e. menggunakan kata-kata kotor
f. mengabaikan perintah
g. tidak mengerjakan PR
h. mengata-ngatai atau mengejek orangmenyela, memotong pembicaraan orang
i. membiarkan baju berserakan di lantai
j. tidak sopan
k. tidak ramah
l. selalu telat bangun pagidan berangkat sekolah
3. Perilaku yang tidak dapat kita tolerir dan ingin agar dihentikan sama sekali oleh anak
Ada beberapa perilaku yang sudah tidak dapat ditlerir, dan karenaya ingin agar dihentikan samasekali oleh anak, antara lain adalah :
a. berlari ke jalan tanpa melihat bahaya
b. bersepeda/sepeda mptor dengan ngebut di jalan umum
c. melukai anak lain
d. bertengkar/berkelahi secara fisik
e. meludahi orang lain
f. menggigit teman atau orang lain
g. bermain korek api atau senjata tajam
h. bertindak kasar/kejam pada orang atau binatang
i. tidak mau sekolah
j. menyembunyikan milik orang lain, mencuri.
Tentu saja dengan klasifikasi tingkahlaku seperti diuraikan diatas, smuanya akan membawa konsekuensi sendiri-sendiri bagi anak maupun orangtua dan guru. Bagaimana cara mengatasi perlaku yang tidak disukai maupun yang tidak dapat ditolerir, kata kuncinya adalah setiap orangtua atau guru, perlu memilah-milah, mana peerilaku yang disukai, mana yang tidak disukai, dan mana yang tidak dapat ditolerir. Masing-masing penanganannya juga akan berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar